PAK FAJAR RIDWANULLOH, S.Pd. & IBU YUNI WARTININGSIH, S.Pd.
Gerakan Pramuka Ambalan Damar Wulan dan Dyah Cipta Resmi Pitaloka lahir bersamaan dengan berdirinya SMA Negeri 2 Ujungberung (yang kini dikenal sebagai SMA Negeri 1 Cileunyi) dan menginduk pada SMA Negeri 1 Ujungberung di Kota Bandung. Pada masa awal berdirinya, kegiatan pramuka penegak masih bergabung dalam ambalan Samida dan Dewi Sartika.
Namun, seiring berjalannya waktu dan perbedaan wilayah — di mana SMAN 1 Ujungberung berada di Kota Bandung sedangkan SMAN 2 Ujungberung (SMAN 1 Cileunyi) berada di Kabupaten Bandung — muncul gagasan untuk mendirikan ambalan tersendiri. Gagasan ini mulai diwujudkan pada tahun 1991, sebagai langkah untuk membentuk identitas baru bagi Pramuka penegak di SMAN 1 Cileunyi.
Berbagai usulan nama ambalan pun muncul.
Kak Dedi Kusuma Hadi mengusulkan nama Pangeran Kornel dan Cut Nyak Dien.
Kak Kasih mengusulkan Samiadji dan Rupadi.
Melalui Drs. Denia Denia, guru Sejarah pada masa itu, dewan ambalan kemudian diberikan sebuah buku berjudul “Damar Wulan Perang Bubat” — kisah legenda rakyat Jawa klasik yang sarat makna kepahlawanan, cinta tanah air, dan pengorbanan.
Setelah mempelajari kisah tersebut, muncullah ide untuk menamai ambalan dengan Damar Wulan (tokoh pria yang gagah, setia, dan bijaksana) serta Dyah Cipta Resmi Pitaloka (tokoh wanita yang lembut, cerdas, dan berjiwa luhur). Nama ini melambangkan keseimbangan antara kekuatan dan ketulusan, keberanian dan keanggunan — nilai-nilai yang menjadi dasar bagi Ambalan Damar Wulan dan Dyah Cipta Resmi Pitaloka SMAN 1 Cileunyi hingga kini.